Senin, 19 November 2012

Kecamatan Ngantang

Oleh Wong Ngantang - Senin, November 19, 2012 | 0 comments

Kecamatan Ngantang adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Malang bagian barat. Kabupaten Malang wilayah barat sendiri terdiri dari tiga kecamatan. jika diurutkan dari timur ke barat yaitu Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang dan Kecamatan Kasembon. Sebelah timur Kecamatan Pujon adalah Kota Batu dan sebelah barat Kecamatan Kasembon adalah Kecamatan Kandangan yang memasuki wilayah Kabupaten Kediri, sedangkan Kecamatan Ngantang berada diantara kedua kecamatan tersebut dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Krisik bagian dari Kabupaten Blitar di sebelah selatannya. 

Suasana Kecamatan Ngantang yang identik dengan jalan berkelok dan naik turun, hutan, sawah dan sungai serta hawa yang sejuk menyimpan banyak potensi didalamnya. Letak Kecamatan Ngantang yang berada diantara bukit Selokurung, Gunung Arjuno dan Gunung Kelud membuatnya menyimpan banyak potensi alam. Salah satu potensi wisata terbesarnya adalah Bendungan Selorejo atau biasa disebut warga dengan Waduk Selorejo, lalapan mujaer sebagai kulinernya dan buah durian sebagai hidangan musimannya.
Bukan tanpa alasan jika orang Ngantang lebih dikenal masyarakat luas dengan orang Waduk Selorejo atau orang kampung durian. Karena seperlima wilayah Kecamatan Ngantang adalah Waduk Selorejo dan sepersepuluh tanahnya ditanami buah durian. Selain itu hamparan sawah juga masih terlihat sangat luas di Kecamatan Ngantang sehubungan dengan profesi masyarakatnya yang mayoritas adalah petani, peternak dan nelayan. 

Kecamatan Ngantang memiliki 13 desa yang terbagi dua wilayah besar, yaitu Lor Konto dan Kidul Konto. Adapun daftar nama 13 desa yang ada di Kecamatan Ngantang bisa di lihat di daftar ini :


 1. Desa Jombok
 2. Desa Waturejo
 3. Desa Tulungrejo
 4. Desa Sumberagung
 5. Desa Kaumrejo
 6. Desa Mulyorejo
 7. Desa Purworejo
 8. Desa Banjarejo
 9. Desa Banturejo
10. Desa Pandansari
11. Desa Ngantru 
12 Desa Sidodadi
13. Desa Pagersari

Dari ketigabelas desa tersebut Desa Kaumrejo adalah pusat keramaian di Kecamatan Ngantang, karena letak Pasar Ngantang dan Perkantoran Kecamatan ada di Desa Kaumrejo. Selain itu, Desa Sumberagung yang berbatasan langsung dengan Desa Kaumrejo juga memiliki peran penting di Kecamatan Ngantang. Letak Makam dan Lapangan Karaeng Galesong serta Taman Makam Pahlawan Moestadjab adalah ikon yang tak terpisahkan dengan Desa Sumberagung.

Sejarah singkat Kecamatan Ngantang
Pada jaman penjajahan dulu sekitar tahun 1670-an, Ngantang mempunyai sosok pahlawan dari Kerajaan Mataram yang sangat gigih memperjuangkan nasib orang pribumi, beliau adalah Trunojoyo. Beliau membawa dampak positif bagi pengikutnya untuk dapat bersatu dengan siapa saja untuk membentuk kekuatan baru yang lebih besar dalam melawan penjajah.

Semua terlihat jelas sewaktu Ngantang kedatangan pejuang dari Kerajaan Gowa dan menyatukan kekuatan dengan orang pribumi. Pejuang tersebut adalah Manindori yaitu anak sulung dari Sultan Hasanuddin dari istri keempatnya. Manindori yang mendapatkan gelar Karaeng Galesong sejak umur 8 tahun itu pergi ke tanah Jawa karena kecewa dengan perjanjian Bungaya.

Di tanah Jawa, Karaeng Galesong bertemu dan bergabung dengan Trunojoyo untuk melawan penjajahan karena sama - sama memiliki rasa nasionalis yang tinggi. Hingga akhirnya Karaeng Galesong gugur dan melemahnya kekuatan Trunojoyo.

Kisah heroik tak kenal gentar dalam memperjuangkan kemerdekaan ini melekat kuat di Kecamatan Ngantang. Karena letak Makam Karaeng Galesong di Desa Sumberagung serta tertangkapnya Trunojoyo di Dusun Selokurung, Desa Kaumrejo Ngantang.

Sejarah lain tentang penamaan Ngantang
Asal usul nama Ngantang berasal dari sebuah Prasasti yang diberikan oleh Raja Jayabhaya kepada penduduk desa yang telah setia kepada Kerajaan Panjalu ( Kadiri ) selama perang melawan Kerajaan Jenggala, yaitu Prasasti Hantang ( Ngantang ).

Prasasti Hantang mempunyai keistimewaan, yaitu ada tulisan dengan huruf kuadrat yang besar melintang di tengah cap kerajaan berupa Narasingha yang berbunyi panjalu jayati ( Panjalu menang ). Prasasti ini memperingati pemberian anugerah Raja Jayabhaya kepada Desa Hantang dengan 12 desa yang masuk dalam wilayahnya berupa prasasti batu yang memuat pemberian hak-hak istimewa kepada penduduk Desa Hantang beserta wilayahnya. Pemberian Prasasti ini karena  penduduk Desa Hantang dengan 12 desa yang masuk dalam wilayahnya datang menghadap raja dengan perantara  Mpungku Naiyayikarsana dengan permohonan agar prasasti yang ada pada mereka sebagai anugerah raja yang di-dharma-kan di Gajapada dan di Nagapuspa yang ditulis di atas daun lontar (ripta) dipindahkan ke atas batu (linggapala), dan ditambah dengan anugerah Raja Jayabhaya sendiri. Akhirnya Permohonan itu dikabulkan oleh Jayabhaya, mengingat bahwa penduduk Hantang telah memperlihatkan kebaktiannya yang sungguh-sungguh terhadap raja dengan bukti bahwa mereka telah menyerahkan cancu tan pamusuh dan cancu ragadaha dan bahwa pada waktu ada usaha memisahkan diri (= perang perebutan tahta) mereka tetap setia memihak kepada Raja Jayabhaya. Selanjutnya prasasti itu berisi perincian anugerah yang pernah diterima penduduk Hantang dari yang telah dicandikan di Gajapada dan di Nagapuspa, dan anugerah tambahan dari Raja Jayabhaya, semuanya berupa macam-macam hak istimewa.

Prasasti ini dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah untuk penduduk Desa Hantang atau Ngantang yang setia pada Kediri selama perang melawan Jenggala. Dari prasasti tersebut dapat diketahui kalau Jayabhaya adalah raja yang berhasil mengalahkan Jenggala dan mempersatukannya kembali dengan Kediri. 
(Bayu Eswe-ngantang.com)


Related Post



0 komentar:

Blogger Template by Clairvo