Unforgetable moment when we were young
Saat kita masih anak-anak, duduk di
bangku sekolah dasar, ada banyak ragam permainan tradisional yang sering kita nikmati
bersama teman-teman. Biasanya kita main bareng saat jam istirahat sekolah, pulang
sekolah, sore hari di rumah atau ketika hari minggu tiba.
Pernah gak sih kalian merasa kangen
dengan momen itu? Kalau saya, jujur kangeeeen banget. Mengingat udah gak pernah
bisa melakukan hal yang sama dengan usia yang sekian ini (baca: tua, jangan
udzur, hehe). Mungkin kita hanya bisa menikmati dengan melihat adik-adik kita, keponakan,
anak tetangga atau mungkin anak kita bermain.
Nah, kalian ada yang masih ingat
permainan-permainan apa saja yang lagi booming kala itu? Setelah saya ingat-ingat,
gali-gali, saya cari di kolong meja dan rumah tetangga, ketemulah macam-macam
permainan itu, ini dia:
1.
Petak umpet (jonjang singit)
Permainan
ini dimulai dengan suit. Siapa yang kalah dia
harus mencari teman-temanya yang sembunyi ditempat-tempat tertentu.
Berakhir di hitungan kesepuluh, mulailah aksi seeker untuk mencari, mengendus
dan menemukan temannya dengan segenap raga dan kemampuan. Fiiiuuuh, akhirnya
ada yang ketemu dibalik semak-semak pohon, dibalik jemuran tetangga, di belakang
pagar rumah. Malah ada yang iseng, masuk ke rumah dan bersantai-santai.
Haduuuh... sungguh terlalu!
2.
Karet (pencolotan/ semprengan)
Saya
gak tahu bahasa Indonesia yang tepat untuk permainan ini. Tapi yang jelas,
berawal dengan suit pula. Biasanya yang kalah berjumlah dua orang, bertugas untuk memegang karet
yang panjangnya sampai
bermeter-meter. Tapi bisa juga hanya satu
orang kalau yang main hanya sedikit, dan ujung karet satunya ditalikan pada
tiang.
Nah,
mereka yang bermain harus mematuhi aturan yang berlaku, melompati karet dengan
ketinggian tertentu. Ketinggian itu diukur dari tinggi orang yang berjaga.
Awalnya dari kaki (ketinggian terendah), perut, semakin tinggi ke leher, kepala
dan ukuran paling tinggi adalah tangan yang diangkat keatas( mereka menyebutnya “Merdeka”).
Hahaha, ada-ada saja. Dan kenapa ketinggiannya harus sepeti itu? Entahlah,
tidak ada ketetapan yang pasti, baik nasional maupun internasional tentang
masalah itu.. (ngiknguk, plis deh)
3.
Bola bekel
Taraaaam,
bekelan gitu loh! Permainan ini saya sebut permainan yang bergengsi, hehe.. Karena gak di Ngantang aja permainan ini ada
kala itu, tapi juga di kota-kota. Bahkan kota negara tetangga. Dan kamu bisa
cek, kalau ke toko Barokah (toko pak kaji), iseng intip di etalase,
jangan-jangan masih jual bola bekel.
Terdapat
dua unsur benda dalam permainan ini, bola
dan bekel. Bekelnya pun ada dua jenis, yaitu bekel berwarna kuning dan perak.
Tergantung selera. Biasanya ada
orang-orang tertentu yang merasa lebih lihai bila memainkan bekel yang
berwarna kuning. Ada juga yang nyaman dengan warna perak. Akhirnya ketika
permainan dimulai, mereka membawa bekel favorit masing-masing.
4.
Monopoli
Ini
juga permainan bergengsi. Gimana tidak,
permainan ini sudah melibatkan unsur uang dan kekayaan lain yang ada di
dalamnya. Kita juga bisa keliling dunia hanya dengan memainkan permainan ini.
Bahkan, hanya dengan bermain monopoli, kita yang sebelumnya miskin bisa kaya
mendadak! Yang awalnya di Hawai tiba-tiba bisa di penjara. Nah lho..
5.
Patil lele
Ingatan
saya tentang permainan ini minim sekali, karena jarang ikut bila teman-teman
memainkannya. Seingat saya, sebelum bermain, kita harus menyiapkan beberapa
ranting pohon kering, dengan ukuran tertentu setelah itu melubangi tanah dengan
bentuk lonjong memanjang. Salah satu ranting diletakkan diatas lubang tersebut.
Selanjutnya, maaf..maaf..maaf, saya tidak ingat!
6.
Congklak (Pa-a)
Alat
yang digunakan dalam permainan ini adalah pecahan-pecahan genteng. Congklak
biasa dimainkan oleh para gadis. Congklak dimulai dengan menggambar bentuk
tertentu seperti bentuk manusia, atau hanya bentuk persegi yang dibagi menjadi
beberapa kotak-kotak kecil, dan terdapat satu kotak start dan satu kotak finish. Pemain meletakkan
kelereng pada kotak start
kemudian melewati kotak-kotak yang lain dengan cara melompat sambil mengangkat
salah satu kaki. Setelah sampai pada kotak finish, pemain melemparkan
kelerengnya pada kotak yang dikehendaki. Bila kelereng masuk kotak dengan
tepat, maka kotak tersebut menjadi milik permain, dst
7.
Dakon
Dakon
ini dimainkan oleh dua orang. Alat yang digunakan adalah biji dakon yang
bentuknya mirip kerang, atau bisa diganti dengan batu-batu kecil. Papan dakon terdiri
dari enam belas lubang, yang dibagi menjadi tujuh lubang yang berhadapan dan dua lubang kiri dan kanan. Permainan yang
notabene mampu melatih kemampuan motorik ini diawali dengan menaruh biji dakon
di dalam tiap-tiap lubang. Di akhir permainan, lubang siapakah yang paling
banyak terisi biji, itulah pemenangnya.
8.
Betengan
Betengan
dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari empat sampai delapan orang. Masing-masing grup
memilih tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, pohon atau pilar sebagai
‘beteng’. Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih
beteng lawan dengan cara meneriakkan kata “beteng!”. Kemenangan juga bisa diraih dengan ‘menawan’
seluruh anggota lawan dengan cara menyentuh tubuh mereka. Bisa dibayangkan,
bagaiman serunya permainan ini dulu ketika kita memainkannya, bukan?
Nah, itu adalah beberapa permainan
tradisional masa kecil kita, rek. Warisan leluhur yang diyakini para akademis
mampu merangsang kecerdasan anak, dan melatih jiwa sportivitas. Selain
memberikan kesenangan, keuntungan yang diperoleh anak ketika bermain adalah
perkembangan fisik, kognisi, bahasa, kreativitas, negosiasi, empati, kompetisi
sosial, dsb. Jadi bisa disimpulkan, permainan di atas mampu mempengaruhi IQ dan
EQ anak. Sayangnya permainan yang sarat manfaat ini telah tergeser dengan
permainan modern yang manfaatnya belum tentu sebanyak permainan tradisional.
Betewe,
dari permainan di atas mana nih yang paling kalian seneng dan benci? Kalau saya
suka banget sama bekel. Apalagi petak umpet, karena selalu bisa mengelabuhi
seeker dengan mengganti warna tubuh. Tubuh saya akan menjadi hijau bila
bersembunyi dibalik semak-semak, dan menjadi putih bila sembunyi di belakang
tembok (tentu ini bohong, emang saya bungklon..). Dan yang paling saya benci adalah
monopoli. Kenapa, karena saya jarang menang sekalipun melawan keponakan.
Mungkin gak bakat jadi orang kaya, kali.. So, gimana dengan kalian??? (Intan Crystal-ngantang.com)
0 komentar: