Suasana Kecamatan Ngantang yang identik dengan jalan berkelok dan naik turun, hutan, sawah dan sungai serta hawa yang sejuk menyimpan banyak potensi didalamnya. Letak Kecamatan Ngantang yang berada diantara bukit Selokurung, Gunung Arjuno dan Gunung Kelud membuatnya menyimpan banyak potensi alam. Salah satu potensi wisata terbesarnya adalah Bendungan Selorejo atau biasa disebut warga dengan Waduk Selorejo, lalapan mujaer sebagai kulinernya dan buah durian sebagai hidangan musimannya.
Bukan tanpa alasan jika orang Ngantang lebih dikenal masyarakat luas dengan orang Waduk Selorejo atau orang kampung durian. Karena seperlima wilayah Kecamatan Ngantang adalah Waduk Selorejo dan sepersepuluh tanahnya ditanami buah durian. Selain itu hamparan sawah juga masih terlihat sangat luas di Kecamatan Ngantang sehubungan dengan profesi masyarakatnya yang mayoritas adalah petani, peternak dan nelayan.
Kecamatan Ngantang memiliki 13 desa yang terbagi dua wilayah besar, yaitu Lor Konto dan Kidul Konto. Adapun daftar nama 13 desa yang ada di Kecamatan Ngantang bisa di lihat di daftar ini :
1. Desa Jombok
2. Desa Waturejo
3. Desa Tulungrejo
4. Desa Sumberagung
5. Desa Kaumrejo
6. Desa Mulyorejo
7. Desa Purworejo
8. Desa Banjarejo
9. Desa Banturejo
10. Desa Pandansari
11. Desa Ngantru
12 Desa Sidodadi
13. Desa Pagersari
Dari ketigabelas desa tersebut Desa Kaumrejo adalah pusat keramaian di Kecamatan Ngantang, karena letak Pasar Ngantang dan Perkantoran Kecamatan ada di Desa Kaumrejo. Selain itu, Desa Sumberagung yang berbatasan langsung dengan Desa Kaumrejo juga memiliki peran penting di Kecamatan Ngantang. Letak Makam dan Lapangan Karaeng Galesong serta Taman Makam Pahlawan Moestadjab adalah ikon yang tak terpisahkan dengan Desa Sumberagung.
Sejarah singkat Kecamatan Ngantang
Pada jaman penjajahan dulu sekitar tahun 1670-an, Ngantang mempunyai sosok pahlawan dari Kerajaan Mataram yang sangat gigih memperjuangkan nasib orang pribumi, beliau adalah Trunojoyo. Beliau membawa dampak positif bagi pengikutnya untuk dapat bersatu dengan siapa saja untuk membentuk kekuatan baru yang lebih besar dalam melawan penjajah.
Semua terlihat jelas sewaktu Ngantang kedatangan pejuang dari Kerajaan Gowa dan menyatukan kekuatan dengan orang pribumi. Pejuang tersebut adalah Manindori yaitu anak sulung dari Sultan Hasanuddin dari istri keempatnya. Manindori yang mendapatkan gelar Karaeng Galesong sejak umur 8 tahun itu pergi ke tanah Jawa karena kecewa dengan perjanjian Bungaya.
Di tanah Jawa, Karaeng Galesong bertemu dan bergabung dengan Trunojoyo untuk melawan penjajahan karena sama - sama memiliki rasa nasionalis yang tinggi. Hingga akhirnya Karaeng Galesong gugur dan melemahnya kekuatan Trunojoyo.
Kisah heroik tak kenal gentar dalam memperjuangkan kemerdekaan ini melekat kuat di Kecamatan Ngantang. Karena letak Makam Karaeng Galesong di Desa Sumberagung serta tertangkapnya Trunojoyo di Dusun Selokurung, Desa Kaumrejo Ngantang.
Sejarah lain tentang penamaan Ngantang
Prasasti ini dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah untuk penduduk Desa Hantang atau Ngantang yang setia pada Kediri selama perang melawan Jenggala. Dari prasasti tersebut dapat diketahui kalau Jayabhaya adalah raja yang berhasil mengalahkan Jenggala dan mempersatukannya kembali dengan Kediri. (Bayu Eswe-ngantang.com)
0 komentar: