Rabu, 23 Januari 2013

The Promise of Love - Part 1

Oleh Wong Ngantang - Rabu, Januari 23, 2013 | 0 comments



 Sore ini cuaca terasa terik. Entahlah, ini semua semakin membuatku bosan dan lelah. Bosan untuk selalu menunggu dan lelah untuk selalu mencoba setia. Selalu seprerti ini setiap aku ingin bertemu seseorang. Seseorang yang kusayang dan kutahu juga menyayangiku. Tapi Aku juga lelah jika harus selalu menunggu kedatangannya. Ini semua juga bukan salahku, semua ini salahnya. Dia yang memutuskan untuk jauh dariku. Dulu saat hubungan kami masih seumur jagung dia selalu ada untukku, setiap saat selalu menguatkanku. Namun kini, ketika hubungan itu semakin kokoh dan perasaan yang semakin mendalam, ia malah seakan menjauh dariku.
Memang Aku tinggal di desa, namun kisah cintaku tak sewajar gadis desa lainnya. Aku telah jatuh cinta kepada seorang cowok yang datang dari kota. Di sini, di jembatan yang menghubungkan dua desa ini, cintaku bersambut ketika ia menyatakannya. Tepatnya tiga tahun yang lalu ketika aku dan dia duduk di kelas satu SMP. Revaldy nama cowok itu. Dia cowok yang badung dan berparas bak arjuna. Dia mampu membuatku merasakan apa yang tak bisa aku mengerti. Walau akhirnya aku mengerti perasaan itu adalah rasa cinta, rasa cinta kasih yang tulus kepada cowok pilihan hatiku.
Aku masih terpaku menatap sungai yang mengalir deras. Di bawah jembatan tempatku berdiri ini, aku masih menunggunya. Tak kusadari seorang cowok datang dengan motor ninja berwarna merah hitam. Motor itu melaju dari arah Malang dan kini menuruni jembatan. Di tempatku, motor itu berhenti. Ia memanggilku dan melepas helmnya. Terlihat wajah tampan yang sejak dua bulan lalu kurindukan.
“Aurora....” panggilnya.
Aku masih tak mampu berpaling, tak sadar air mata telah menetes di pipiku. Aku masih tak mau berbalik melihatnya. Revaldy datang menuju tempatku berada, kurasakan kehadirannya semakin dekat dan lebih dekat lagi.
“Kamu kenapa Ra?” tanyanya. Aku masih membisu.
“Ra jangan bikin aku bingung.” katanya, seakan ini semua aku yang salah.
“Kamu berubah Dy, ada apa sama Kamu? Kenapa Kamu begini?”
Akhirnya kuungkapkan semua dan diakhir ucapku akupun terisak. Aku menangis karena Aldy.
“Jika aku emang bukan buat kamu, aku akan pergi Ra,” katanya membuatku semakin tak mengerti.
Aku tak mengerti apa yang dia inginkan. Dia beranjak dari tempatnya berdiri dan mulai berjalan meninggalkanku.
“Oke....kalo emang Kamu ingin pergi. Pergi aja... aku nggak butuh Kamu. Aku akan menganggap Aldy yang kusayang udah mati...!!” teriakku diiringi tangis.
Aldy berhenti dan berbalik menatapku sejenak, lalu Ia tetap pergi.
Aku benar-benar kecewa padanya, dia tak lagi seperti dulu. Seakan teringat di benakku ketika awal aku bertemu dan mengenalinya. Akupun teringat dulu aku dan dia bermusuhan, tapi akhirnya aku jadian dengannya. Hingga aku teringat kata-kata Aldy sebelum pergi dan meninggalkanku. Tanpa alasan yang jelas ia berpamitan padaku. Ia akan kembali ke kota Malang. Aku ingat sekali saat itu aku dan dia baru saja menerima surat kelulusan. Dia berkata seakan dia akan pergi selamanya. Awalnya aku tak bisa merelakannya pergi, tapi kata-katanya yang selalu menguatkanku, “Cinta kita tulus... kita harus menjaganya. Cinta ini... aku akan mengunci kamu dalam hatiku, begitu juga kamu akan mengunciku dalam hatimu.”.
“Aldy... aku sayang sama kamu aku nggak pengen jauh dari kamu, kenapa kamu jadi begini Dy?” teriakku dari atas jembatan.
Bagaimanapun juga, dia ingin pergi dan melupakanku. Kini akupun bertekad untuk melalukan hal yang sama, yakni menghapus dan melupakan orang yang aku sayang.
Kutumpahkan air mataku di jembatam ini dan semua juga berawal di sini. Jembatan ini akan menjadi kenangan kelam dalam hidupku. Hatiku sakit sekali jika mengingat segala hal tentang sosok Aldy.
Sejak tiga jam yang lalu, aku masih berdiri di sini. Di jembatan perbatasan antara desa Purworejo dan Mulyorejo. Aku hanya mampu menangisi segala yang terjadi padaku di tempat ini. Walau aku masih menyayangi Aldy, aku tak mau menjadi wanita bodoh di hadapannya dan aku akan melupakan semua kenangan indah selama tiga tahun ini. Aku harus bisa, harus bisa !!!


Related Post



0 komentar:

Blogger Template by Clairvo