Senin 10 Januari 2061 jam 06.00
Alarm
Alan dari Tablet nya berbunyi nyaring.
Tablet
satu - satunya yang pernah dilihat semua orang yang hanya ada di tangan Alan.
Tablet Alan ini lebih bisa disebut seperti versi jumbonya steer mobil F1
daripada Tablet umumnya yang berbentuk kotak dan oval. Namanya saja seperti
Pedang Legenda King Artur dari Inggris, X-Calliber 505. Alan nyaris tak pernah
lepas dari X-Calliber berwarna silver dan biru gelap yang selalu dia bawa
kemana saja di dalam tas pinggang yang bentuknya sengaja dibuat khusus untuk
Tablet itu.
Mendengar
bunyi alarm, Alan bergegas bangun dan pergi ke kamar mandi untuk hari
pertamanya memakai seragam putih abu - abu. Tahun ini adalah tahun ke 4 sistem
penjadwalan tahun ajaran berganti menjadi Januari – Desember setelah Alan
sewaktu kelas 6 SD dulu sempat mengalami libur masal selama setengah tahun.
Setelah
selesai mandi, sambil sarapan Alan tak mau ketinggalan update ngantang.com yang
sudah memiliki lebih dari 200 ribu follower. Tentunya bukan melihat berita yang
ter-update setiap jam, melainkan langsung meluncur ke forum berbagi untuk
melihat suasana tahun ajaran baru ini di kota kesayangannya, Ngantang.
Alan
memang tidak dilahirkan di Ngantang, tetapi Alan sangat menyayangi Kecamatan
Ngantang yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Malang bagian barat laut ini .
Karena disini ada beberapa tempat yang indah di sekitar Bendungan Selorejo yang
menjadi salah satu PLTA di wilayah Jawa Timur.
Sebelum selesai sarapan tiba - tiba terdengar suara khas manja seorang cewek “Aaallaayy, berangkat yok keburu siang nih” ternyata itu adalah suara June, tetangga sekaligus teman dekat Alan sejak SMP. Mereka menjadi tetangga waktu Alan lulus SD pindah rumah dari Sidodadi ke Banjarejo, yaitu sama – sama nama salah satu desa dari 13 desa di Ngantang. Meskipun Desa Sidodadi berbatasan langsung dengan Desa Banjarejo, Alan dan June sebelumnya tidak pernah saling kenal karena letak SD mereka berjauhan. Sementara panggilan Alay adalah panggilan Alan sejak TK oleh beberapa temannya yang kemudian satu SD dan satu SMP juga dengannya.
Meskipun
dari latar belakang keluarga yang berbeda antara June anak seorang petani dan
Alan anak seorang penyanyi, kedekatan hubungan Alan dan June memang sudah
seperti saudara sendiri. Bahkan kamar June di rumah Alan pun ada. Setiap malam
Minggu, Bunda Alan selalu pergi menyanyi di Silver Café miliknya sendiri di dekat
Pertigaan Kambal atau yang lebih di kenal dengan pertigaan jalan masuk menuju
Waduk Selorejo, sementara Ayahnya adalah pemain pianonya. Meskipun usia mereka
sudah tidak muda lagi, penampilan pasanganan duet owner Café itu sangat
dinantikan di malam minggu. Jadi setiap malam minggu Alan di rumah June atau
kadang June yang menginap dirumah Alan karena Alan takut di rumah sendiri.
Dari Banjarejo menuju sekolahnya di Jalan Mlagi mereka naik sepeda karena jaraknya yang hanya 1km. June dengan Poligon 24 perseneling pink kesayangannya dan Alan dengan BMX biru hitamnya. Sepeda ini dulu jarang dipakai karena rusak kemudian diam - diam June memperbaruinya untuk dijadikan kado ulang tahun Alan tanggal 5 Januari kemarin.
June
masih ada sedikit rasa heran karena Alan benar - benar bersekolah di SMK Negeri
03 Ngantang dan mengambil jurusan Public Relation (Pi-aR), yaitu jurusan
tentang penyiar berita dan presenter yang sangat tidak dimengerti Alan. Padahal
Alan berbakat di bidang komputer karena sewaktu kelas 8 SMP sudah membobol
server ngantang.com dan meminta sejumlah peralatan canggih untuk jaminan
ngantang.com tidak dibobolnya lagi.
Keahlian
lain Alan adalah di bidang musik dan pandai bermain gitar seperti Ayahnya yang
pandai bermain semua alat musik. Bahkan rumah Alan lebih bisa disebut studio
musik professional daripada disebut rumah. Karena tidak hanya peralatan musik
modern yang ada di rumahnya, tetapi juga peralatan musik tradisional juga
terlihat tertata rapi lengkap di rumah Alan.
Teeeettttt ttteeeettttt tteeettttt
Bel
masuk sekolah sudah berbunyi, tetapi Alan dan June yang sejak dari tadi
menunggu Achi di pintu gerbang sekolah belum melihat Achi datang. Padahal tidak
biasanya Achi datang terlambat ke sekolah. Hari pertama masuk sekolah semua
murid baru dikumpulkan di lapangan. Karena tidak ada MOS, mereka semua hanya
diberi pengarahan dan kebebasan mengeksplor seluruh sudut sekolah untuk
mengetahui lingkungan barunya. Belum selesai pengumuman terlihat Achi dan
beberapa teman baru lainnya datang terlambat. Alan lalu melihat jam tangan
Swiss Army-nya yang ternyata memang baru menunjukkan pukul 06.55. Jam tangan
keren dan mahal yang dipakai Alan itu adalah kado ulang tahun 5 Januari tahun
ini juga dari Achi.
Waktu
barisan dibubarkan Alan dan June tetap berada di pinggir lapangan, untuk
menunggu Achi yang sedang diperingatkan seorang guru atas keterlambatannya.
“Hmmm, sekolah ini disiplin banget yah, lain waktu kalau kita terlambat mungkin gak cuma di peringatkan seperti Achi.” Komentar June.
“Apa..ngomongin aku ya ?” solot Achi tiba - tiba setelah lolos dari cengkraman guru.
“Hmmm, sekolah ini disiplin banget yah, lain waktu kalau kita terlambat mungkin gak cuma di peringatkan seperti Achi.” Komentar June.
“Apa..ngomongin aku ya ?” solot Achi tiba - tiba setelah lolos dari cengkraman guru.
“Enggak
kok, cuma lagi ngomongin kedisiplinan sekolah ini.” bela Alan.
“Udah
yok, kita berputar mengelilingi sekolah ini sambil kenalan sama teman baru dan
kenalan sama pegawai kantin, biar bisa dapat diskon, hahahhaha….” Ajak June.
“Hey, kamu Alan kan ?” sahut cewek asing dengan senyuman hangat yang tadi sama - sama di hukum seperti Achi.
Serentak
June dan Achi saling metatap keheranan melihat cewek berwajah imut, bermata
agak sipit, berkulit putih, berpostur tubuh kecil dan agak pendek serta dengan
rambut lurus bilah tengah sebahu yang menyapa Alan itu. Ditambah lagi cewek itu
tidak sendiri, tetapi dia dengan teman cewek yang sangat cantik, bermata sipit
juga, kulitnya sedikit lebih putih daripada si pendek dan postur tubuhnya
sangat proporsional dari tinggi badannya hingga tubuh seksi sintalnya, hanya
saja lurus dan panjang rambut cewek itu sangat tipis, tetapi masih terlihat
sangat cantik.
“Mungkin
kedua cewek asing ini bukan asli dari Ngantang deh. Tetapi kenapa dia tahu nama
Alan ? Dimana mereka kenal Alan ? Kenapa dia memanggil Alan dengan nama asli,
bukan Alay ?” Bisik June pada Achi.
Alan
binggung harus berkata apa berhadapan dengan 2 cewek asing itu.
“Iiiiyya, siapa..kok kenal aku ?” Alan meresponya dengan sangat gugup. Sementara Achi dan June tetap melongo keheranan.
“Iiiiyya, siapa..kok kenal aku ?” Alan meresponya dengan sangat gugup. Sementara Achi dan June tetap melongo keheranan.
“Jadi
benar kamu Alan kan ? Kok bisa lupa sama aku sih ? Hmmm..udah ada teman - teman
baru ini ya…jadi lupa sama aku ?” terocos si pendek semakin sok akrab.
“Sok
akrab banget sih kamu sama Alay ? Emangnya kamu siapa ? Alay aja gak tahu siapa
kamu, gak usah SKSD deh.“ Potong Achi kemudian langsung pergi.
“Loohh
Chi, kok malah pergi, Alay..aku nyusul Achi dulu ya..oiya dadah semua.” Ucap
June berpamitan pada Alan dan kedua cewek asing.
“Iya”
sahut si tinggi lembut.
“Nama
kamu A..al..alay..jadi bukan Alan ?” Potong si pendek sambil menahan tawa.
“Enggak
enggak enggak, kamu nggak salah orang kok, teman - teman emang memangilku
seperti itu. By the way kamu ini siapa sih ?” Tanya Alan lagi.
“Ingat
- ingat dulu deh, lagian jurusan Pi-aR cuma ada 36 orang kok, jadi kita pasti
bakal satu kelas. OK..sampai ketemu besok di kelas ya..” jelas si pendek sambil
pergi melambaikan tangan diiringi dengan senyuman. Si tinggi pun cuma
menyeimbangkan suasana dengan senyum yang lebih indah.
Teeetttt teeetttt teeeettttt
Bel
pulang sekolah berdering. June, Achi berencana akan berkumpul di rumah Alan.
Karena masih awal masuk sekolah dan setelah mendengar berbagai pengumuman, jam
11 siang pun mereka dipulangkan. Sewaktu SMP dulu, Alan dan June yang sering
main ke rumah Achi di Desa Sumberagung karena rumahnya dekat dengan SMP mereka.
Meskipun Mama Achi sangat ramah dan senang jika teman - teman Achi main ke
rumahnya, Achi yang sudah terbiasa hidup serba ada tetap saja jutek meskipun
dengan June teman yang bisa disebut paling akrab dengannya. Maklumlah, Mama
Achi adalah owner NgantangTV yang sedang dalam proses akan menjadi stasiun TV
Nasional setelah perjuangan kakeknya dahulu merintis ngantang.com yang kemudian
diteruskan oleh Papanya.
Kantor ngantang.com dan NgantangTV sendiri terletak satu area di Kavling Sumberagung dengan membangun gedung kembar 12 lantai yang bermaksud untuk mengenang berdirinya ngantang.com di tahun 2012. Atap gedung itu hanya ada 6 kipas sirkulasi udara dan ada 2 tempat duduk dengan tempat terbuka. Pergantian tahun kemarin, Alan, Achi dan June menyaksikan pesta kembang api yang diselenggaranan ngantang.com di atap gedung itu.
Kantor ngantang.com dan NgantangTV sendiri terletak satu area di Kavling Sumberagung dengan membangun gedung kembar 12 lantai yang bermaksud untuk mengenang berdirinya ngantang.com di tahun 2012. Atap gedung itu hanya ada 6 kipas sirkulasi udara dan ada 2 tempat duduk dengan tempat terbuka. Pergantian tahun kemarin, Alan, Achi dan June menyaksikan pesta kembang api yang diselenggaranan ngantang.com di atap gedung itu.
Begitu
tiba dirumah Alan, Achi yang memang tidak bisa membedakan mana rumah orang dan
mana rumah sendiri langsung memainkan keyboard dengan suara piano sambil menyanyikan
lagu “Setia – Jikustik” yang sudah di daur ulang oleh penyanyi cewek pendatang
baru pertengahan tahun 2060. Alan dan June memang tahu kalau Achi pernah les
piano di Desa Waturejo sejak kelas 7 SMP dan mempunyai piano akustik di
rumahnya. Kadang Achi memainkan piano itu dengan harmonis dan menyanyi dengan
merdu ketika Alan dan June dirumahnya.
Tanpa
berfikir lama June yang kadang ikut orang tua Alan untuk mengisi acara musik
anak – anak ikut memegang micropon dan bass lalu menyanyi bersama. Alan juga
tidak ketinggalan, dia yang memang sudah sangat bersahabat dengan gitar
langsung mengikuti alunan lagu itu. Setelah lagu selesai mereka semua tertawa
bersama.
“Alay ikutan nyanyi dong !?” pinta June manja.
“Iya
nih, anak penyanyi kok gak pernah kedengeran kalo nyanyi.“ Tambah Achi.
Alan
terbata - bata menyanyikan sebuah lirik lagu. Serentak Achi dan June tertawa
terbahak - bahak mendengar suara Alan yang sama sekali tidak ada nadanya alias
fals tingkat kronis. Main - main di studio pun berlanjut, jika lagu yang di
request tidak bisa dimainkan giliran X-Calliber Alan yang bermain musik, sementara
mereka hanya berjoget dan menari sambil bernyanyi tentunya. Mereka bersama
bernyanyi dan berjoget di dalam studio Alan yang memang sangat besar itu hingga
sore hari.
Jam
3 sore Achi berpamitan pulang. Tak berapa lama Achi menunggu di depan rumah
Alan, mobil Ngantang Electric Taxi (N.E.T) berhenti di depan rumah Alan. Taxi
ini tidak pernah berjalan kemana - mana untuk mencari penumpang karena lamanya
waktu yang dipakai untuk pengisian ulang bateray mobil elektrik itu, meskipun
sumber listriknya sudah dibantu dengan sinar matahari atau solar energy di seluruh bodynya. Tetapi tuliskan “hubungi 102030” di setiap taxinya
sangat mudah di ingat seluruh masyarakat Ngantang. Pos Taxi ini tersebar di 13
Desa Kecamatan Ngantang. Sementara kendaraan bebahan bakar minyak sudah jarang
di pakai mengingat harganya yang selangit dan langkanya persediaan bahan bakar
minyak itu sendiri.
Jam 20.49
Alan
terihat sibuk dengan X-Calliber meskipun dia sedang berada di depan monitor
laptop 3D Hologramnya yang sedang menyala. Kebiasaan ini memang sering
dilakukan Alan setiap mengisi waktu luang. Tetapi kali ini nampak ada sedikit
perbedaan. Monitor laptop dan display X-Calliber Alan hanya terlihat tampilan
hitam dan tulisan putih saja. Tampilan itu juga tidak bisa dibaca karena hanya
menampilkan huruf dan angka yang acak seperti bahasa program komputer. Begitu
lihainya jemari Alan memasukkan input beberapa kode logaritma yang rumit pada
laptopnya. Wajah serius Alan kemudian berubah menjadi sebuah senyuman yang
cerah disertai hela nafas yang panjang setelah laptopnya menampilkan sebuah
kalimat “Security System have been Captured”
Beberapa
waktu kemudian X-Calliber Alan berbunyi mendapat panggilan video call dari
Achi. Kebiasaan ini sudah menjadi hal yang wajar untuk Alan karena memang
hampir setiap malam Achi menelponnya meskipun hanya sekedar untuk mengucapkan
“selamat malam” atau “selamat tidur”.(Bayu Eswe) (Animator : Wahyu Uwah) - ngantang.com
0 komentar: