Selasa, 11 Desember 2012

Penyebab LOLA Menjadi Trend Tahun 2012

Oleh Wong Ngantang - Selasa, Desember 11, 2012 | 1 comment

Lola atau Loading Lama adalah istilah trend akhir akhir ini untuk orang yang terlambat dalam berfikir. Dulunya istilah ini adalah Telmi atau Telat Mikir, kemudian berubah menjadi Tulalit atau menirukan nada HP error, lalu berubah lagi menjadi Lemot atau Lemah Otak. Yang perlu dipilah adalah orang Telmi, Tulalit, Lemot atau Lola ini tidaklah bodoh, melainkan sedikit terlambat dalam berfikir dan menelaah input baik itu yang dilihat ataupun didengar untuk masuk ke dalam otak sehingga menyebabkan output atau responnya juga terlambat.


Jika tahun 2012 ini anda duduk di bangku sekolah kelas 7 hingga kelas 12 tentunya teman yang punya sifat Lola ini bukan hal yang asing lagi dan bahkan sudah menjadi trend. Mungkin justru Lola-nya menjadi kebanggaannya sebagai simbol kepopulerannya karena mengikuti trend. Apakah anda tahu penyebab dari Lola itu sendiri ? Ini adalah sejarah panjang mengapa Lola bisa manjadi trend tahun 2012.

Siswa yang sekarang duduk dibangku sekolah kelas 9 rata rata adalah kelahiran tahun 1997. Pada tahun 1997 Indonesia mengalami gejolak ekonomi yang hebat, yaitu krisis moneter. Pada waktu itu harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga mulai dari 250% hingga 350%. Tentu saja itu membuat angka kemiskinan melonjak tinggi dan berpengaruh pada pola hidup seluruh rakyat Indonesia dalam mengkonsumsi kebutuhan sehari hari. Harga kebutuhan pokok yang tidak bisa dijangkau masyarakat itu juga menyebabkan gizi buruk merajalela di seluruh penghujung negeri. Akhirnya munculah istilah Sembako yaitu Sembilan Bahan Pokok yang meliputi; beras dan sagu, gula pasir, sayur dan buah, daging sapi dan ayam, minyak goreng dan margarin, susu, jagung, minyak tanah dan elpiji, serta garam ber-yodium. 

Tidak seimbangnya perekonomian negara ini juga masih dirasakan sebagian besar rakyat Indonesia hingga tahun 2005. Hal ini tentu saja berakibat pada anak yang lahir di antara tahun 1997 hingga tahun 2005. Semua media massa tak henti hentinya mengabarkan banyaknya anak yang mengalami gizi buruk. Titik terparah krisis moneter itu adalah tahun 1997 hingga tahun 1999, yaitu 13 tahun hingga 15 tahun lalu atau tepatnya itu adalah usia anak yang sekarang duduk di bangku sekolah kelas 8 hingga kelas 10. Anak yang sekarang berusia 16 tahun dan 17 tahun atau yang lahir pada tahun 1995 dan tahun 1996 waktu krisis moneter tahun 1997 adalah masa batita yang masih membutuhkan ASI.

Menurut Guru Besar Ilmu Gizi IPB, Prof DR dr Darwin Karyadi dalam Seminar Mencegah Generasi Hilang Anak Bangsa, menyampaikan sekitar 32 juta anak Indonesia terancam masuk kategori “generasi hilang anak bangsa” akibat kekurangan gizi karena dampak krisis multidimensi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Data yang diambil berdasarkan penelitian UNICEF di Indonesia dan BPS yang dipicu faktor-faktor di berbagai bidang meliputi faktor sosial, ekonomi dan keamanan yang terjadi sebagai dampak imbas krisis. Istilah ini sering disebut dengan "Lost Generation".

Berita ini tidaklah untuk menyudutkan atau menyempitkan cita cita dari anak anak yang terlahir ditahun krisis moneter. Jika anda orang tua atau guru sekolah yang sekarang mendidik anak anak yang lahir antara tahun 1997 layaknya memaklumi keadaan ini dan memperlakukannya lebih sabar kepada. Perlu digaris bawahi bahwa anak yang lahir di tahun krisis moneter tidak mengalami yang namanya Lola, dan mereka semua layak mendapatkan perlakuan yang sama untuk meraih cita cita dan masa depannya. (Bayu Eswe-ngantang.com)

Related Post



1 komentar:

Blogger Template by Clairvo