Rabu, 05 Desember 2012

Jika Jokowi Jadi "Camat Ngantang"

Oleh Wong Ngantang - Rabu, Desember 05, 2012 | 0 comments


Sosok Jokowi menjadi sangat fenomenal sekarang ini. Setelah prestasinya saat menjabat walikota Solo hingga menjadi kajian di universitas luar negeri dan sekarang beliau menjadi Gubernur Ibukota kita, Jakarta. Bapak Joko Widodo atau yang biasa di panggil dengan pangilan akrab Jokowi ini ternyata adalah sosok pemimpin paling di tunggu di kota metropolitan seperti Jakarta.

Kita tidak membahas tentang Jokowi dengan semua "gebrakan" cemerlangnya, tapi saya akan mengandai - andai jika Bapak Jokowi menjadi Kepala Kecamatan Ngantang (gak nyambung banget kaann...tapi mengandai - andai hal positif boleh dong... :D ). Saya akan mengaitkan opini saya dengan post sebelumnya yaitu Ngantang Butuh Seorang Pemimpin dan Ngantang Butuh The Agent of Change. Di dalam post itu terdapat kalimat "Ironisya sebagian besar warga Ngantang nggak tau siapa nama pak camatnya sendiri". Tentunya pernyataan itu bukan tanpa alasan, mungkin juga penulis post itu juga tidak tahu kalau sekarang yang memimpin Kecamatan Ngantang bukan "Pak" tetapi "Bu". Nah, itu baru ironis banget sampai penulis post yang asli penduduk Ngantang juga tidak tahu. 

Bukan maksud saya untuk membandingkan, tetapi Bu Camat juga mempunyai banyak kesibukan yang sangat berpengaruh positif di bidang tertentu untuk Kecamatan Ngantang namun kita tidak menyadarinya. Kita juga tidak punya hak untuk mengkritik kinerja pemimpin kita kalau kita tidak benar benar tahu yang sebenarnya. Alangkah baiknya jika kita menyadari kewajiban kita sendiri untuk dapat tergerak bergotong royong dalam pengembangan dan memajukan kecamatan kita. Bapak Jokowi mampu merubah image buruk Kota Solo menjadi lebih baik dengan slogan barunya "Solo : The Spirit of  Java", jika kita warga Ngantang mempunyai banyak jiwa Jokowi, alangkah luar biasanya Kecamatan Ngantang ini, mungkin bisa menjadi slogan "Ngantang : The Inspiration of Malang". Memang benar pernyataan Gayuh di post Ngantang Butuh Seorang Pemimpin tentang "pada kemana semua mahasiswa Ngantang hooeee ?" lalu aku ingin menambahkan kalimat itu dengan "sarjana di Ngantang juga banyak kan....lalu mana kontribusi untuk Ngantang tempat kelahiran dan tempat kalian dibesarkan?" ( untungnya saya cuma lulusan SMA jadi gak ikut kena semprot, hahahaha.... )

Sekarang tentang post Intan "Ngantang Butuh The Agent of Change" yang katanya mempunyai solusi dengan organisasi Karang Taruna. Saya pribadi sih setuju saja dengan ide brilian itu, tapi menurut saya pribadi organisasi yang bersifat "sangat formal" dan tercampur birokrasi akan sulit melangkah karena terhalang birokrasi itu sendiri. Saya tidak ingin berdebat, tetapi coba ingat ingat sendiri bagaimana proses anda membuat sebuah proposal kegiatan semisal Pentas Teater, Festival Band atau kegiatan lain yang membutuhkan stempel dan tanda tangan persetujuan dari pemerintah...hmmm..saya tidak mem-vonis siapapun, tetapi coba ingat ingat saja sendiri bagaimana tingkat kesulitannya. Itulah salah satu alasan beberapa pemuda malas ikut dalam Karang Taruna.

Karang Taruna memang sebuah pilar menuju desa yang lebih baik, tetapi untuk saya Karang Taruna bukanlah bidang saya, hah...kenapa...kok bisa...? Saya ini punya basic komputer sementara potensi masyarakat Ngantang pada umumnya adalah agronomi dan peternakan, jadi apa gunanya saya di Karang Taruna ? Saya lebih baik membuat komunitas sendiri di bidang komputer dan teknologi canggih semacam internet untuk memajukan kecamatan tercinta saya ini. Itulah alasan saya begitu gencarnya aktif dalam pembuatan ngantang.com.

Bukankah segala urusan harus di serahkan pada ahlinya ? Saya yang berpengalaman 6 tahun di bidang komputer dan sudah mengkoleksi 7 sertifikat komputer memang masih belum bisa dikatakan seorang ahli komputer. Tetapi jelas bukan tugas saya untuk menambang pasir di kali kan ? Jadi saya yang pegang mouse dan keyboard, petani yang pegang cangkul, peternak yang pegang sabit dan milkan, nelayan yang pegang jala dan dayung dan seterusnya sesuai bidangnya. Dengan begitu kita bisa maju serentak tanpa memaksakan bidang yang jelas jelas bukan basic kita.

Misalnya meminta petani membuat banner slogan Ngantang dengan CorelDraw atau meminta peternak mengedit foto iklan Waduk Selorejo dengan Photoshop atau meminta nelayan meng-update post ngantang.com ...hmm....apalagi meminta saya untuk memanjat pohon kelapa dan memanen buahnya....itu namanya penganiyayaan terselubung cuy, hahahahaha.... HUSH...INI SERIUS !!!!! Banyak orang yang tidak mau tahu soal pembagian tugas sesuai bidangnya ini dan cenderung mengucilkan orang yang mempunyai bidang berbeda dengan orang lain disekitarnya. Pastinya anda akan sadar jika saya sedikit bercerita tentang seorang pemuda yang hobby bermain musik tetapi dia dibesarkan di keluarga dan di lingkungan petani, pemuda ini akan jadi musisi hebat atau jadi petani meneruskan perjuangan orang tuanya ?

Balik lagi ke Jokowi.....
Mengambil sisi positif dari salah satu pemimpin di negeri ini. Jokowi sering memantau kinerja bawahannya dan tak merasa keberatan untuk turun ke lapangan. Saya pernah turun ke lapangan untuk memotret sebuah rumah bambu yang amat sangat sederhana tanpa ada aliran listrik dan tanpa ada jendela, jika sekedar ber-opini mungkin semua orang hanya berfikir "Gimana kehidupan sehari - hari orang yang punya rumah itu ya ?" Jika Jokowi pernah berprestasi dalam menanggulangi masalah kesehatan di kota Solo, kenapa kita tidak bisa mengatasi satu masalah tetangga kita yang kurang mampu ? Mana tindakan kita untuk mereka yang kurang beruntung ? Jangan hanya ber-opini dong ......... ( waduw...kali ini aku kena semprot sindiran ini dah :'( )

Masih soal post Ngantang Butuh The Agent of Change dalam pembahasan "rumah baca". Apa pernah kita berfikir minat baca masyarakat Ngantang itu seperti apa ? Adanya paling ya baca status dan komentar di jejaring sosial semacam FB atau keasyikan hingga lupa waktu untuk chating dengan teman dunia virtualnya tanpa memperdulikan orang yang ada di sekitarnya. Ini jaman "internet masuk desa" cuy...bukan jaman istilah "buku adalah jendela dunia", jadi penyuluhan teknologi canggih semacam internet lah yang harus di galakkan. Kali ini tidak sekedar opini, karena saya dan beberapa teman saya dari berbagai kalangan sudah perlahan melakukan tindakan menyadari fenomena yang menyangkut bidang kita ini. Itulah mengapa ngantang.com itu ada. Dengan suka rela tanpa "rupiah" sepeser pun kita tim ngantang.com berusaha membuat perubahan Kecamatan Ngantang dengan mengenalkannya di internet sekaligus memberi informasi yang bermanfaat dan mendidik serta hiburan santai untuk masyarakat Ngantang dan sekitarnya ..hmmm... dan tentunya opini agar kita bisa bersama sama melakukan tidakan perubahan yang lebih baik setelah ber-opini, tidak sekedar menjadi wacana saja. Tujuan lainnya adalah agar warga Ngantang tahu potensi lokal serta tidak hanya main FB buatan Amerika setiap kali online internet.

Makin lama makin gak nyambung ama judul post nya kan...hahahahaha......
Bukan gak nyambung cuy, tapi Bapak Jokowi sebelum menjadi orang besar beliau juga merasakan menjadi orang kecil seperti kita, itulah mengapa beliau mengerti betul keadaan dan kesulitan orang kecil. Jiwa sederhana dan merakyat inilah yang harus kita tanamkan meskipun kita terlahir di keluarga yang tergolong mampu. Bukan tidak mungkin Jokowi menjadi Camat Ngantang, tapi mungkin saja. Tentunya bukan "raga" Pak Jokowi yang menjadi Camat Ngantang, tapi "jiwa" sederhana dan merakyat itulah yang seharusnya ada dalam diri kita sebagai calon pemimpin berikutnya. (Bayu Eswe-ngantang.com)

Related Post



0 komentar:

Blogger Template by Clairvo