Sabtu, 27 Oktober 2012

Sejarah mBanu

Oleh Wong Ngantang - Sabtu, Oktober 27, 2012 | 0 comments

Sebelumnya sudah pernah disinggung kalau setiap nama tempat di Ngantang punya sebutan khusus yang bahkan bisa lebih terkenal dari nama desanya. Tak jarang dari sebutan itu memiliki lebih dari sekedar nama panggilan saja. Tak jarang beberapa sebutan tadi memiliki bagian tersendiri dalam sejarah tempat itu. Sebutan mBanu yang dikenal oleh warga Ngantang sebagai sebutan untuk desa Banturejo pun memiliki sejarah sepanjang pendirian dusun tersebut.

Kita sudah sering mendengar kisah heroik perjuangan pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda. Kisah heroik ini sudah melegenda dan bahkan sudah masuk dalam buku sejarah nasional yang diajarkan pada anak anak SD untuk menjadi bahan pembelajaran bagi generasi penerus bangsa. Tetapi disamping kisah heroik sang Pangeran yang dominan dalam buku sejarah itu, ternyata ada kisah kecil dari beberapa pengikutnya yang mungkin tak tertulis dalam buku sejarah saat ini. Kisah sejarah desa mBanu dimulai dari perang Diponegoro.

Seperti yang kita ketahui dan sering baca di buku sejarah, perang Diponegoro ini dimenangkan oleh pihak penjajah. Pemimpin perang, pangeran Diponegoro ditangkap dan diadili beserta sebagian anak buahnya, sedangkan sebagiannya lagi melarikan diri berpencar ke seluruh wilayah Jawa. Salah satu anak buahnya yaitu raden Poncoreno, putra seorang demang yang menjabat di wilayah kadipaten Kediri, turut menyelamatkan diri dan singgah di kediaman kakeknya, Raden Tumenggung Suratani II yang menjabat sebagai tumenggung daerah Tulungagung. Oleh kakeknya, raden Poncoreno mendapat petunjuk untuk mencari tempat tinggal di tepi sungai Konto di utara gunung Kelud. Mengikuti petunjuk kakeknya, raden Poncoreno pergi ke daerah yang disebutkan dalam petujuknya tersebut dan bermukim di sana sampai memiliki banyak anak cucu dan kerabat. Lambat laun tempatnya bermukim menjadi semakin padat sehingga terbentuklah suatu kampung kecil.

Raden Poncoreno adalah orang yang dituakan oleh saudara dan kerabat kerabatnya. Oleh karena itu, setiap saudara maupun kerabatnya akan berkunjung ke tempat raden Poncoreno, mereka selalu mengatakan akan pergi ke mbah No. Lambat laun, penyebutan pergi ke Mbah No semakin populer lama kelamaan masyarakat mulai menyebut nama tempat itu Mbah No. Karena lidah orang Ngantang yang tidak mau repot, sebutan Mbah No semakin lama menjadi Mbano, Mbanu, dan sampai saat ini menjadi nama dusun di desa Banturejo yaitu dusun mBanu. Tetapi karena sudah terlanjur populer, sebutan mBanu sudah menjadi sebutan untuk kawasan paling populer di Desa Banturejo.

Untuk mengenangnya, kisah ini selalu dituturkan oleh sesepuh desa mBanu saat acara bersih desa.(Iqbal Iko-ngantang.com)

Related Post



0 komentar:

Blogger Template by Clairvo